Staf Khusus Presiden Daniel Sparingga menilai pernyataan sikap tokoh lintas agama pada Senin, 10 Januari 2011, bukan sebagai suatu keputusan bersama.
"Sampai hari ini belum ada yang dianggap sebagai pernyataan [bersama] tokoh lintas agama," kata Daniel pada acara dengar pendapat publik antar lintas tokoh agama di Wisma PGI, Cikini, Jakarta, Jumat 14 Januari 2011.
"Sampai hari ini belum ada yang dianggap sebagai pernyataan [bersama] tokoh lintas agama," kata Daniel pada acara dengar pendapat publik antar lintas tokoh agama di Wisma PGI, Cikini, Jakarta, Jumat 14 Januari 2011.
Daniel menganggap pertemuan tokoh lintas agama Senin lalu, masih ada silang pendapat, ada perbedaan pandangan mengenai apa yang semestinya dideklarasikan. Menurut dia, draf berisi 18 kebohongan SBY itu tidak bulat disepakati. "Pernyataan lintas agama itu belum ada. Kalau draf 18 kebohongan SBY, itu memang ada," kata Daniel.
Pengamat politik, Yudi Latif, membantah pernyataan Daniel yang menganggap belum ada keputusan yang bulat dari pertemuan tokoh lintas agama. "Janganlah itu menjadi pelipur lara bagi pemerintah untuk lepas dari kenyataan," ujar Yudi. "Konklusinya merupakan kesepakatan bersama, kalaupun ada perbedaan itu lebih bukan pada substansinya tapi teknis."
Yudi menambahkan, barangkali kebohongan bukan istilah yang tepat. "Istilah yang lebih tepat adalah pecah kongsinya kata dan perbuatan atau tidak samanya kata dan perbuatan."
"Substansinya semua sepakat," tegas peneliti di Reform Institute itu.
Senin lalu, sejumlah tokoh lintas agama mengkritik kinerja roda pemerintah pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tokoh lintas agama membeberkan 18 kebohongan rezim SBY, 9 merupakan kebohongan lama dan 9 lainnya kebohongan baru.
Tokoh agama yang hadir dalam acara itu antara lain, Ahmad Syafii Maarif, Andreas A Yewangoe, Din Syamsuddin, Situmorong, Bikkhu Pannyavaro, Mgr D Situmorong, Shalahuddin Wahid, dan I Nyoman Udayana Sangging.
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar